advertisement
EkonomiPerikanan

Cuan dari Hasil Laut, Proyeksi Investasi kah?

advertisement

“Investasi itu penting dan merupakan alat mitigasi. Mitigasi terhadap apa? Terhadap masa depan yang serba tidak pasti” Ucap seorang pegawai lulusan STAN. Kasmir dan Jakfar (2012) mengartikan Investasi sebagai kegiatan penanaman modal yang memiliki periode relatif panjang dalam berbagai usaha baik berupa fisik maupun non fisik. Lebih jauh lagi instrumen yang digunakan itu beragam. Saat ini instrumen yang populer di Indonesia diantaranya deposito, emas, properti, saham, reksadana, dan lainnya. Bagaimana dengan hasil laut? Bisa kah?

Bicara tentang laut apa yang akan tergambarkan, maka jawaban diantaranya: air, ikan, terumbu karang, kapal, pariwisata, dan banyak lainnya. Dengan demikian benar adanya bahwa potensi dari laut sangatlah tinggi. Berbekal pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat, investasi dari hasil laut akan menggerakan roda ekonomi, dan lebih jauh lagi visi Indonesia sebagai negara maritim dan poros maritim dunia dapat terlaksana.

Dikutip dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Poros Maritim Dunia bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia. Selanjutnya kata Wakil Presiden dalam laman Setneg yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengawal kepentingan dan keamanan maritim, serta memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan Indonesia. Lalu, bagaimana dengan peran masyarakat sebagai pengambil manfaat langsung?

advertisement

POTENSI PERIKANAN

Mengutip dari laman KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan) Salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi dan berkontribusi besar terhadap perekonomian masyarakat adalah krustasea – seperti udang, lobster, kepiting, dan rajungan. Perikanan budidaya, maupun perikanan tangkap pun memiliki nilai produksi yang tinggi yang berkontribusi penuh terhadap total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Total nilai ekonomi yang dihasilkan dari komoditas perikanan pada tahun 2020 mencapai 186 triliun rupiah.

Kemudian, realisasi pertumbuhan PDB Perikanan tahun 2021 mencapai 5,45%, Angka tersebut melebihi capaian pertumbuhan PDB Nasional yang hanya mencapai 3,69%. Hal ini menunjukan perekonomian perikanan tetap bergairah meskipun ditempa pandemi.

Lebih lanjut, Artati Widiarti mengungkapkan, selama 2021, penguatan ketahanan ekonomi terlihat dari peningkatan ekspor komoditas kelautan dan perikanan. Sejak Januari – Oktober 2021 nilai ekspor produk perikanan mencapai USD4,56 miliar atau naik 6,6% dibanding periode yang sama tahun 2020.

advertisement

Bahkan, rajungan merupakan komoditas andalan ekspor ke Amerika (56 %) dan Jepang (26 %). Selain dari hasil tangkap ikan komoditi, produk olahan ikan  juga memiliki potensi yang sangat tinggi, berdasarkan data yang dirilis oleh ITC Trademap, nilai ekspor produk perikanan Indonesia tahun 2020 mencapai USD5,2 miliar atau tumbuh positif 5,7% dibandingkan tahun 2019.

Berbanding terbalik dengan Indonesia, sebagian besar negara eksportir utama produk perikanan dunia mengalami penurunan cukup siginifikan dibanding 2019, seperti Tiongkok turun 7,8%, Norwegia turun 7,5%, Vietnam turun 2,1%, India turun 15,1%, Thailand turun 2,2%, dan Ekuador turun 1,5%.

TANTANGAN DAN MASALAH

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2016 tentang Estimasi Potensi, Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan, dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa potensi untuk sumber daya udang penaeid, lobster, kepiting, dan rajungan sudah mencapai status pemanfaatan berlebih. Sejalan dengan hal tersebut mengutip dari niaga.asia, tantangan yang dihadapi produk perikanan Indonesia di dunia, baik segar, beku maupun olahan termasuk perikanan kaleng cukup banyak salah satunya yaitu terkait tarif ataupun food safety juga termasuk isu illegal fishing.

Di samping itu, ada juga permasalahan-permasalahan budaya dan pendidikan di wilayah pesisir. Dahuri (2002) menyebutkan dari 4 juta nelayan Indonesia, 85% berpendidikan Sekolah Dasar (SD) atau buta huruf, 12% berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 2,97% berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan 0,03% berpendidikan Diploma. Jenjang pendidikan rendah akan berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan implementasi regulasi serta kesadaran yang kurang, lebih jauh lagi doktrin pekerjaan nelayan tidak usah bergelar apa-apa, sehingga tingkat ekonomi nelayan pas-pasan cenderung kurang karena tidak dibarengi dengan pendidikan investasi.

Berlanjut dalam segi keamanan. Di Indonesia banyak terjadi kejahatan di atas laut. Diantaranya yaitu kegiatan penangkapan ikan secara ilegal, penyelundupan Lobster, penyelundupan bahan bakar minyak (BBM), serta penyelundupan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba).

STRATEGI DAN PERAN

Peran aktif masyarakat serta dibantu dengan pemerintah dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dan atau BUMS (Badan Usaha Milik Swasta). Khusus Untuk point terakhir peran BUMN sebagai agen pembangunan bersifat dinamis dan disesuaikan dengan kondisi dan tantangan pembangunan yang dihadapi. Pada dasarnya peran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk pernyediaan barang dan jasa, antara lain berupa: (1) sarana dan prasarana transportas, (2) pangan, (3) energi, (4) permahan, (5) jarngan logistik dan distribusi, (6) sumber pembiayaan, dan (7) alat pertahanan dan keamanan.

Selain itu, adanya perusahaan-perusahaan di sektor perikanan sebagai BUMS pun mendorong industri perikanan kita menuju professional, Terdapat 4 bidang usaha minat investor Jepang di Indonesia yaitu cold chain, processing, food industry dan start up. 

Sementara Kepala Bidang Investasi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Taiwan, Ali Fauzi mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara pemasok produk perikanan ke-3 terbesar ke Taiwan dalam tiga tahun terakhir (2017-2019). Adapun komoditas yang dominan ialah kerang, cumi dan sejenisnya (42%) dan ikan beku (28%). Hal ini berarti Indonesia cukup baik dalam memanfaatkan peluang untuk mengekspor produk perikanan yang dibutuhkan oleh Taiwan.

Selain impor produk perikanan, Taiwan juga melakukan budidaya perikanan yang merupakan salah satu sektor usaha penting di Taiwan dan telah menjadi tradisi sejak lebih dari 300 tahun lalu. Besarnya perhatian terhadap perikanan ditambah potensi budidaya yang cukup  menjanjikan, maka cukup besar pula peluang menarik calon investor Taiwan untuk berinvestasi di sektor kelautan dan perikanan Indonesia.

OPTIMISME BERBAGAI PIHAK

Setiap langkah yang diambil dari investasi pasti memiliki resiko kemudian muncul istilah “high risk high return”, dengan begitu luasnya potensi laut Indonesia maka ini akan menjadi daya tarik bagi para investor baik lokal maupun asing untuk menanamkan modal dan sebagai masyarakat awam bisa mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Lalu bagaimana dengan resiko? Hal tersebut bisa diatasi dengan pengelolaan dan pemanfaatan yang tepat dengan mempertimbangkan hasil kajian agar menghasilkan pendapatan yang tinggi dengan resiko rendah.

Lalu? Bagaimana peran kita? (*)

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Terdeteksi

Matikan Adblock di browser anda untuk mendapatkan pengalaman penelusuran terbaik.