advertisement
Tokoh

Laksamana Keumalahayati

advertisement

Keumalahayati merupakan potret wanita pertama di dunia yang mempraktikan emansipasi wanita jauh sebelum negeri-negeri Eropa dan Kartini mendengungkannya.

Keumalahayati merupakan seorang pejuang wanita pertama yang berasal dari Kesultanan Aceh. Lahir pada tahun 1550, namanya memiliki makna yang istimewa yaitu batu indah dan bercahaya. Dia merupakan sosok Laksamana wanita pertama dalam sejarah Angkatan Laut Indonesia dan Dunia.

Berdasarkan sejarah, Aksi kemilititerannya tersohor sebagai petarung garis depan yang memimpin 2.000 pasukan melawan penjajah. Dari aksinya, pasukan Malahayati mampu menahan awak kapal dagang Belanda di Kesultanan Aceh.

advertisement

TENTANG TOKOH
Nama Lengkap
Laksamana Keumalahayati

Lahir

Aceh Besar, 1 Januari 1550

Meninggal

Aceh Besar, 30 Juni 1615 (65 Tahun)

Almamater

Akademi Militer Ma’had Baitul Maqdis

Jabatan

Pahlawan Nasional
SK. No. 115/TK/Tahun 2017

advertisement

Disamping keterampilannya dalam perang fisik, Malahayati juga menjadi wakil Sultan Aceh dalam melakukan perundingan damai dengan komandan 4 kapal dagang Belanda yang mengharuskan Belanda membayar kerugian dalam jumlah besar

Masa Muda

Keumalahayati terlahir sebagai perempuan dari garis keturunan pejuang Aceh, ayahnya adalah Laksamana Mahmud Syah. Kakek dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530-1539 Masehi. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.

Pada masa kanak-kanak dan remaja, ia mendapat pendidikan istana. Hal tersebut karena Ayah dan Kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut. Oleh sebab itulah Keumalahayati memiliki semangat berjuang khususnya di laut. Kemudian ia meneruskan perjuangan ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di Akademi Baitul Maqdis.

Di Akademi Baitul Maqdis kemampuan Keumalahayati terasah. Disana ia belajar banyak dari para pengajarnya yang merupakan perwira dari Turki. Pada saat itu Kesultanan Aceh Darussalam mendapat bantuan dari Kesultanan Turki Ustmani.

Awal Mula Perjuangan

Perjuangan Keumalahayati melawan penjajah dimulai setelah terjadinya pertempuran sengit di Teluk Haru. Armada Laut Kesultanan Aceh melawan Armada Laut Portugis. Pada pertempuran tersebut, Laksamana Zainal Abidin, suami Keumalahayati gugur di medan perang.

Setelah ditinggal suami, Keumalahayati mengusulkan untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan. Pasukan tersebut kemudian dinamakan “Inong Balee“. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan tersebut dengan pangkat Laksamana.

Perjuangan melawan Penjajah

Laksamana Keumalahayati dan pasukannya diamanahkan untuk melindungi pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Aceh Darussalam. Laksamana Keumalahayati berhadapan dengan kapal Belanda yang mencoba memaksakan kehendaknya di bumi Aceh. Pasukan Laksamana Keumalahayati tentu saja tidak menerimanya dan melakukan perlawanan. Akhirnya pertempuran tak terelakkan. Dalam peristiwa tersebut Cornelis de Houtman dan beberapa pelaut Belanda tewas. Federick de Houtman, wakil komandan armada Belanda ditangkap oleh pihak Kesultanan Aceh.

Kemampuan Diplomatik

Selain dikenal dengan kepiawaiannya memimpin pasukan di medan perang. Keumalahayati juga merupakan seorang diplomat ulung yang mampu melakukan perundingan damai dengan pihak Belanda.

Awal mula ketika pasukan Inong Balee berhasil menangkap Frederick de Houtman. Belanda berupaya melakukan perundingan damai untuk melepaskan sandraan tersebut, Akhirnya perdamaian terwujud, Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh dengan jumlah yang cukup besar.

Hasil dari perundingan damai tersebut akhirnya pihak Aceh dan Belanda menyepakati empat butir perjanjian. Pertama, Kesultanan Aceh dan Kerajaan Aceh berdamai, Kedua Frederick de Houtman dibebaskan dari tahanan. Ketiga, Belanda membayar kerugian Kapal-kapal Aceh sebesar 50.000 gulden. Keempat, Sultan Aceh mengirim tiga orang utusan ke Belanda sebagai balasan atas niat baik Belanda.

Selanjutnya, pada Juni 1602, Sir James lancaster pemimpin armada dagang East India Company (EIC) dari inggris datang ke Aceh membawa surat ajakan kerjasama resmi Ratu Elizabeth I. Keumalahayati kembali dipercaya memimpin perundingan tersebut dan perundingan yang dipimpin Keumalahayati tersebut berbuah baik. Pertukaran tanda mata antara Ratu Elizabeth I dengan Sultan Aceh akhirnya berlangsung.

Penghargaan

Berkat jasa-jasanya atas Kesultanan Aceh Darussalam, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tertanggal 6 November 2017.

Sebelumnya, nama harum Keumalahayati banyak digunakan sebagai nama jalan di berbagai wilayah Indonesia juga diabadikan dalam berbagai hal seperti

  • Pelabuhan Laut di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar, dinamakan dengan Pelabuhan Malahayati
  • Salah satu kapal perang jenis Perusak Kawal Berpeluru Kendali (Fregat) milik TNI Angkatan Laut yang dinamakan KRI Malahayati
  • Dalam dunia pendidikan, terdapat Universitas Malahayati di Bandar Lampung
  • Terdapat sebuah serial film Laksamana Malahayati yang menceritakan riwayat hidup sang Laksamana pada tahun 2007

Sepak terjang Keumalahayati sebagai panglima perang sekaligus Diplomat melambungkan reputasinya. Dari aksi Laksamana Keumalahayati menunjukan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kuat, bangsa pejuang yang selalu mempertahankan hak-haknya.


Sumber:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Terdeteksi

Matikan Adblock di browser anda untuk mendapatkan pengalaman penelusuran terbaik.