Yos Soedarso
Dalam perjuangan membangun kejayaan tanah air dan bangsa, Yos Soedarso hadir dan menjadi personifikasi dari semangat kekuatan bahari yang sedang dan akan bangkit kembali.
Yosephat Soedarso merupakan seorang perwira tinggi militer angkatan laut Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan para penjajah.
Di usianya yang masih muda yakni 36 tahun, sang Jenderal turut ke medan tempur maju ke garis depan untuk merebut Irian Barat dari kolonial Belanda. Tercatat pada 15 Januari 1962, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Soedarso tenggelam akibat serangan rudal dari kapal-kapal Belanda. Dalam keadaan kapal hampir tenggelam, Komodor Yos Soedarso tetap menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal “Kobarkan Semangat Pertempuran“.
TENTANG TOKOH Nama Lengkap Laksamana Muda Anumerta Yosaphat Soedarso Lahir Salatiga, Jawa Tengah, 24 November 1925 Meninggal (Gugur dalam Tugas) Laut Aru, Papua, 15 Januari 1962 (36 Tahun) Almamater – Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang – Sekolah Angkatan Laut di Surabaya Karir Militer Laksamana Madya TNI (Anumerta) TNI Angkatan Laut (Korps Pelaut) Masa Dinas 1945-1962 Jabatan Pahlawan Nasional SK. Presiden RI No. 088/TK/Tahun 1973 Tanggal 6 November 1973 |
Saat gugur nya sang pahlawan di medan perang, Yos Soedarso tengah menjabat sebagai Deputi Operasi pada Kepala Staff Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). Yos Soedarso rela mengorbankan dirinya dalam Operasi Laut Aru untuk bisa menyelamatkan dua kapal Republik Indonesia yang lainnya.
Masa Muda
Yos Soedarso dilahirkan sebagai putera kedua dari Bapak Soekarno Darmoprawiro dan Ibu Mariyam pada tanggal 24 November 1925 di Pungkursari, Salatiga, Jawa Tengah. Ayahnya merupakan seoranga pensiunan reserse polisi.
Yos kecil bercita-cita menjadi seorang prajurit, namun orang tua Yos Soedarso tidak menghendaki anak kesayangan mereka masuk ketentaraan. Yos Soedasro bahkan nyaris menjadi guru setelah diterima di Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Muntilan.
Namun, situasi yang kala itu tidak kondusif membuat Yos muda gagal menyelesaikan studi keguruannya.
Sejak kecil terlihat sifat-sifat baik pada diri Yos Soedarso yang berhasil dikembangkannya terus sampai dewasa dan merupakan identitas pribadinya yang terkenal yakni tekun, jujur, keras kemauan dan bertanggung jawab. Semua sifat tersebut mempribadi dalam diri Yos Soedarso muda yang tercermin dalam sikapnya yang pendiam, namun tegas dalam tindakan.
Dalam wujud sifatnya yang tenang dan tegas tersebut, tersimpan idealisme hidup yang membawa Yos muda mendampakan terwujudnya Angkatan Laut yang kuat dan tangguh, yang mampu melindungi tanah air dan bangsanya. Bahkan lebih jauh dari itu mengembang suatu idealisme dan gagasan dalam dirinya untuk mengembalikan jiwa bahari pada bangsanya.
Sejarah kejayaan bahari di tanah Nusantara membentuk pribadi Yos Soedarso muda untuk kembali menumbuhkan jiwa-jiwa perjuangan mengembalikan kejayaan bahari tersebut.
Awal Mula Perjuangan
Yos Soedarso muda yang bercita-cita menjadi seorang prajurit akhirnya terwujud. Pemerintah militer jepang saat itu sedang membutuhkan banyak tambahan tenaga untuk menghadapi Sekutu di Perang Asia Timur Raya.
Yos Soedarso lantas mengikuti Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang sekaligus mengikuti pendidikan militer angkatan laut Jepang. Yos lulus sebagai salah satu siswa terbaik. Pada 1944, Yos Soedarso bertugas di kapal milik Jepang bernama Goo Osamu Butai sebagai perwira di bawah kapten.
Kemerdekaan RI yang diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 beriringan dengan kekalahan Jepang dari Sekutu. Hal tersebut membuka jalan karier yang mulus bagi Yos Soedarso. Kemudian ia bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR)-Laut yang kemudian dikenal dengan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) atau cikal bakal TNI-AL.
Dalam perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan. ALRI sebagai unsur pertahanan di matra laut telah mengalami berbagai pertempuran baik di darat ataupun di laut. Yos Soedarso salah satunya mendapat kehormatan untuk melakukan darma bakti pertamanya yaitu bertugas ekspedisi ke daerah Maluku. Ekspedisi tersebut menerobos blokade laut Belanda untuk membuka perhubungan dengan daerah-daerah lain di Nusantara.
Yos Soedarso kemudian mengikuti pendidikan pelatihan opsir ALRI di Kalibakung, Tegal. Tiga tahun kemudian atau selepas pengakuan kedaulatan Indonesia secara penuh oleh Belanda usai Konferensi Meja Bundar (KMB). Yos Soedarso melanjutkan pendidikan Sekolah Angkatan Laut (SAL) di Surabaya pada 1950.
Perjuangan Yos Soedarso kemudian berlanjut. Ia turut ambil bagian dalam serangkaian operasi militer untuk mengatasi berbagai pemberontakan yang terjadi di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sepanjang karirnya, Yos Soedarso pernah memimpin beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), dari KRI Alu, KRI Gajah Mada, KRI Rajawali, KRI Pattimura, hingga KRI Macan Tutul. Ia juga sempat menjadi hakim pengadilan militer selama 4 bulan pada 1958.
Pertempuran di Laut Aru
Yos Soedarso yang saat itu menjabat sebagai Deputi Operasi Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL) atau orang nomor dua di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) turut serta turun memimpin prajuritnya pada Operasi Militer di Laut Aru.
Operasi di Laut Aru ini merupakan rangkaian dari misi membebaskan Papua Barat dari Belanda setelah Presiden Soekarno menyerukan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961. Papua Barat memang belum bisa di tuntaskan di KMB sehingga Belanda masih memblokade wilayah Papua dari Indonesia.
Pada operasi tersebut, terdapat tiga Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang dilibatkan. Diantaranya yaitu KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Soedarso, KRI Macan Kumbang serta KRI Harimau.
Pergerakan Yos Soedarso dan pasukan yang beroperasi di Laut Aru tersebut ternyata tercium oleh armada perang Belanda. Terhitung terdapat tiga kapal perang berukuran besar dengan persenjataan yang lebih lengkap di kubu lawan.
Sadar akan kekurangannya dalam perlengkapan tempur, Komodor Yos Soedarso pun memerintahkan ketika KRI untuk putar balik dan mundur sementara. Di sisi lain, Kapal Belanda mengira tindakan tersebut merupakan manuver atau kelicikan untuk menyerang sehingga Belanda melepas tembakan.
Akhir Hidup Sang Pahlawan
Saat berupaya menyelamatkan diri dan pasukannya, tiba-tiba mesin KRI Macan Tutul mati. Komodor Yos Soedarso pun berpikir keras karena harus ada kapal republik yang selamat.
Lantas, KRI Macan Tutul di bawah kepemimpinan Komodor Yos Soedarso memasang badan untuk menjadi umpan, memberi peluang kepada dua KRI lainnya untuk menyelamatkan diri.
KRI Macan Tutul kini harus berhadapan dengan kapal perang Belanda yang siap menembak. Pada tembakan pertama meleset, namun di kesempatan kedua, KRI Macan Tutul tertembak telak, Kapal tersebut akhirnya terbakar dan perlahan tenggelam.
Saluran radio sempat menangkap pekik “Kobarkan Semangat Pertempuran” yang dilantangkan Komodor Yos Soedarso ditengah kondisinya yang hampir tenggelam bersama KRI Macan Tutul dan 24 awak kapal tersebut.
Penghargaan
Komodor Yos Soedarso yang mengorbankan nyawanya dalam tugas demi kepentingan negara wafat pada usia yang masih muda yakni 36 tahun.
Berkat jasanya tersebut, Yos Soedarso ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 088/TK/Tahun 1973 pada Tanggal 6 November 1973.
Selain ditetapkan sebagai pahlawan nasional, namanya juga diabadikan menjadi nama Kapal Perang milik TNI-AL yakni KRI Yos Soedarso. Selain itu banyak juga Sekolah-sekolah, khususnya Sekolah yang berhubungan dengan kelautan menggunakan namanya serta beberapa jalan-jalan besar di daerah-daerah di Indonesia.
Melalui Pertempuran Laut Aru, Heroisme Komodor Yos Soedarso seakan-akan ingin memenuhi obsesi akan kejayaan bahari Nusantara. Ia ingin menunjukan kepada bangsanya bahwa inilah semangat bahari yang dinanti-nantikan selama ini. Semangat semacam inilah yang seharusnya ditanamkan di setiap pribadi bangsa bahari.
Bagi Yos Soedarso, laut adalah tumpuan harapan akan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Ke laut ia berkiblat, di laut ia berjuang dan di laut pula ia kembali. Pada akhir hayatnya ia tunjukkan seluruh kebesaran jiwanya di medan laga Laut Aru dengan sikap keperwiraan sebagai pahlawan samudera.
JALESVEVA JAYAMAHE
“Justru di laut kita berjaya”
Sumber:
- Artikel “Yos Soedarso: Kiprah, Peran dan Akhir Hidupnya”. Kompas.com
- Poster “Jangan Pernah Melupakan Aku di Laut Arafura”. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
- Buku “Laksda TNI-AL Anumerta Yosaphat Soedarso”, Drs, Moh Oemar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Kemendikbud RI tahun 1982
- Buku “Ensiklopedi Pahlawan Nasional”. Sub Direktorat Sejarah. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Kemendikbud RI tahun 1995
- Jurnal “Pertempuran Laut Aru: Tonggak Awal Penanaman Jiwa Bahari dalam Pembangunan Kekuatan Maritim Bangsa Indonesia”, Joseph Army Sadhyoko. Pusat Data dan Analisa Redaksi Suara Merdeka. Jurnal Humanika Vol. 22 No. 2 tahun 2015. ISSN 1412-9418