advertisement
Riset

Ikan Melimpah, Sumber protein tinggi, Konsumsinya Rendah?

advertisement

Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sumber protein hewani lainnya. Seperti tingginya kandungan omega 3 yang berfungsi sebagai sumber nutrisi esensial bagi tubuh, harga yang relatif lebih murah serta juga proses produksi yang cenderung singkat. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan konsumsi ikan  dapat menurunkan risiko tengkes (stunting). 

Namun perlu diakui, tingkat konsumsi ikan per kapita di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tahun 2018 angka konsumsi ikan nasional 50,69 kg per kapita per tahun dan meningkat pada tahun 2020 menjadi 54,56 kg per kapita per tahun. Meski demikian, angka tersebut masih jauh dari angka target KKP yakni sebesar 62,06 kg/kapita pada 2024 mendatang. 

Dari laporan tersebut terlihat masih rendahnya tingkat konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia, artinya masih cukup rendah juga budaya makan ikan di masyarakat. Sebagai perbandingan, konsumsi ikan per kapita per tahun di Jepang mencapai 140 kg, Malaysia 70 kg, dan Singapura 80 kg.  

advertisement

Dengan tingkat produksi ikan yang paling tinggi di ASEAN, nyatanya tingkat konsumsi ikan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara tetangga. Minimnya konsumsi ikan terlihat dari kebiasaan makan ikan masyarakatnya. Padahal ikan berperan penting dalam menjaga Kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Ikan diharapkan berkontribusi besar sebagai sumber protein masyarakat. Karena protein sering digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kondisi gizi masyarakat dan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan. 

Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa tingginya konsumsi ikan masyarakat menyebabkan rendahnya angka kematian akibat jantung koroner.  Lebih dari itu, FAO atau Organisasi Pangan Dunia juga menyebutkan asam lemak omega-3 yang terkandung hanya pada produk perikanan pun dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit inflamasi seperti arthritis, asma, beberapa jenis penyakit ginjal, serta membantu penyembuhan depresi dan gejala hiperaktif pada anak.

Di sisi lain, angka produksi perikanan di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, bahkan cenderung konsisten berada di angka lebih dari juta ton per tahun selama 5 tahun ke belakang. Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan membuat sebagian besar masyarakatnya memilih menjadi nelayan pencari ikan. Namun hal tersebut tidak serta merta masyarakatnya memiliki budaya makan ikan yang tinggi. 

advertisement

Baca Juga : Dikenal dengan Negara Kepulauan, Berikut Jumlah Nelayan di Indonesia

Trend Konsumsi Ikan

Meski trend konsumsi ikan terus menanjak namun justru di tahun 2020 angka konsumsi ikan cenderung tetap di angka 54.5 kg per kapita per tahun. Angka yang cenderung datar ini memungkinkan bahwa konsumsi ikan belum merata di beberapa wilayah di Indonesia. Lebih jauh data konsumsi pangan tahun 2021 menjelaskan bahwa ikan masih menjadi pilihan makanan yang keenam yang diminati masyarakat.

Baca Juga : Budaya Makan Ikan di Negeri Bahari

Pengeluaran bahan pangan di masyarakat tertinggi pada kategori makanan dan minuman jadi (34,27%) diikuti Sayur dan Buah (12,51%), Rokok dan Tembakau (12,17%), Beras dan bahan pokok (12,12%), Produk Peternakan (10,16%), Produk Perikanan (7,72%), minyak dan bumbu (4,31%) serta produk pangan lainnya (6.72%).  Bahkan terdapat perbedaan pola konsumsi ikan berdasarkan daerah perkotaan dan pedesaan.

Secara umum dapat terlihat bahwa masyarakat pedesaan dengan keterbatasannya lebih memberikan prioritas untuk produk perikanan, sedangkan masyarakat perkotaan memberikan prioritas untuk produk peternakan. Hampir disetiap tahun, masyarakat perkotaan memilih mengkonsumsi produk peternakan paling tinggi, bahkan angkanya jauh di bandingkan produk perikanan. Hal ini diduga pengaruh dari budaya atau kebiasaan pola konsumsi yang berbeda-beda dimasing-masing wilayah khususnya di daerah perkotaan yang notabene jauh dari laut.

Pada tahun 2021, Rata-rata konsumsi ikan pada masyarakat perkotaan sebesar 73,43 kkal per kapita per hari sedangkan pada masyarakat pedesaan sebesar 78,05 kkal per kapita per hari. Meskipun selisihnya tidak terlalu jauh, namun dapat terlihat secara umum wilayah pedesaan cenderung mengkonsumsi ikan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.

Hal berbeda dengan produk peternakan, masyarakat perkotaan memiliki rata-rata konsumsi produk peternakan jauh lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan. Di tahun 2021, masyarakat perkotaan mengkonsumsi produk peternakan di angka 145,73 kkal per kapita per hari sedangkan masyarakat pedesaan jauh lebih rendah di angka 100,1 kkal per kapita per hari. Selain ketersediaan yang lebih mudah di perkotaan mengenai produk peternakan, harga yang cenderung lebih mahal pun menjadi penyebab masyarakat perkotaan memilih konsumsi produk peternakan lebih tinggi.

Secara umum, meski masyarakat pedesaan memiliki angka yang lebih tinggi mengkonsumsi ikan, namun tetap masih lebih tinggi produk peternakan. Bahkan produk peternakan jauh lebih unggul dibandingkan produk perikanan baik di perkotaan maupun pedesaan. Hampir di setiap tahun konsumsi produk peternakan dua kali lipat dari konsumsi ikan pada masing-masing kategori daerah tempat tinggal. Kondisi seperti ini juga mengindikasikan secara implisit bahwa produk peternakan yang berupa daging, telur dan susu lebih superior dibandingkan produk perikanan. 

Padahal ikan selain memberi asupan kalori, juga memberikan asupan protein yang baik bagi tubuh. Protein berfungsi sebagai zat pembangun atau pertumbuhan dan zat pengatur tubuh. Disebut sebagai zat pengatur tubuh karena protein merupakan bahan pembentuk enzim dan hormon yang berperan sebagai zat pengatur dalam metabolisme tubuh, mempertahankan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit tertentu serta komponen pembentuk antibodi.

Peran Ikan dalam Konsumsi Protein

Sumber protein dibedakan menjadi dua golongan yaitu protein hewani dan protein nabati. Mutu protein hewani memiliki peran lebih baik dari protein nabati karena mengandung asam amino kompleks. 

Namun hingga saat ini, pola konsumsi masyarakat Indonesia secara umum masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat dan pangan nabati. Konsumsi pangan nabati mencapai 85% dan hanya 15% merupakan protein hewani. Dengan demikian maka terlihat rata-rata konsumsi kalori jauh lebih tinggi dibandingkan konsumsi protein. 

Pada tahun 2020, Konsumsi kalori mencapai 2.112,06 kkal per kapita per hari sedangkan protein hanya 61,98 gram per kapita per hari. Sumber utama bahan pangan masyarakat yaitu padi-padian memiliki kontribusi yang besar terhadap kalori maupun protein yang dikonsumsi masyarakat. 

Uniknya, meskipun Ikan menjadi pilihan keenam bahan pangan yang diminati masyarakat, nyatanya ikan berkontribusi besar sebagai sumber protein kedua tertinggi dengan angka 8,43 gram per kapita per hari, setelah beras dan bahan pokok utama masyarakat (19,16 gram per kapita per hari) justru produk peternakan ada di urutan ketiga dengan 7,52 gram per kapita per hari. (LAUTKU.ID)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Terdeteksi

Matikan Adblock di browser anda untuk mendapatkan pengalaman penelusuran terbaik.